Rabu, 27 April 2016

Kumpulan Puisi



Belaian yang Tertunda
By: Durrotun Nasihah, (17 Juni 2011)

Ku selalu tersiksa dengan ulahku
Bersemayam dibenakku
Sejak hadirku di bumi
Ku tak pernah merasakan belaiannya
Ibu…………………..
Aku selalu tersungkur dihadapanmu
Tak sekata pun terucap
Karena ku tahu surga ditelapakmu
Tapi ku kan slalu menanti belaianmu, ibuuuu……….



  

Panggilan Akhirat
By: Durrotun Nasihah, (17 Juni 2011)

Suaramu menggetarkan urat jantungku
Hatiku terasa pilu nan kecil
Manusia-manusia bumi tercengang mendengarnya
Akan milikmu semata
Tak seorangpun mengubahnya
Hanya sujud yang bisa dilakukan
Akan kewajiban yang diemban
Karena karunia miliknya


  

Takdir
By: Durrotun Nasihah, (17 Juni 2011)

Kobaran api-Mu menerkam sang umat
Kedasyatan yang didapat
Membuatnya tersungkur dihadapan-Mu
Kekelaman menyelemuti tulangnya
Oooh,,,Tuhan……………….
Takdir-Mu begitu kekal
Tak seorangpun merubahnya
Akan wujud yang didapat
Hanya Engkau seorang yang berkehendak




  

Kuasa-Mu
By: Durrotun Nasihah, (17 Juni 2011)
Manusia kan kembali untuk-Mu
Semua tergores sejak kau fitrah
Hanya setetes air mani
Kau terwujud
Segumpal darah kau dibentuk
Bulan demi bulan indramu ada
Kuasa-Mu sangatlah besar
Tak seorangpun yang menandingi






Untukmu Selalu
By: Durrotun Nasihah, (17-06-2011)

Kobarmu membuat ku terbangun
Rautku tersohor untukmu
Kau memuntahkan semuanya
Tak sedikitpun kau menendangnya
Kerelaanmu tak kan terlupakan
Kebenaran yang ku dapat
Menjadi sesosok yang berguna
Kau kan ku kenang selalu



 Sampah
   
Kau bertebaran dimana-mana
Tak satupun peduli padamu
Kau dilempar dari satu tangan ke tangan yang lain
Tanpa ada beban menimpanya
Batinmu tersiksa
Jeritanmu tak seorangpun mendengarnya
Kepedulian untukmu sangatlah penting
Hingga kau tenang di tempatmu
  


Keabadian-Mu
Amarah-Mu tak begitu tanggung
Kobar-Mu menelan manusia
Tak seorangpun bisa membalikkan
Akan datangnya badan
Tangismu tak kan bisa merubah
Sekalipun kau tersungkur
Kau kan tetap diterkam
Hanya belulang yang tertinggal


 

Pulang
Rumah-Mu sangat penuh
Kan datangnya kain putih
Kau terbujur didekapnya
Tertutup semua lubangmu
Kau tak bisa berbalik
Hanya kepal dan kakimu yang berucap
Tak kan terdusta
Apa yang kau lukis di bumi



  

Sholat
Engkau selalu tertata rapi
Karena-Mu ku demikian
Berbanjar sepanjang ular kobra
Hormatku untuk-Mu
Tiada noda yang menghampiriku
Ku jaga slalu niat dan lapis ku
Pada-Mu ku begitu takut
Karena suci syarat menghadapmu



 

Rela Untukmu
Canda tawamu mengalir harum surge
Surge kan ku berikan untuknya
Goresan bibirmu kan ku dapat
Hanya untuk menggali ridlomu,,,,,,,,,
Betapapun beratnya kan ku lakukan
Meski hati berontak padanya
Ku kan menerkam gejolak hati
Demi kebahagiannya

 
  

Pengorbananmu
Keringatmu bercucuran darah
Mengalir di tubuhku
Keletihan yang kau dapat
Membuatku berkobar
Kan ku junjung namamu
Akan jerih payahmu
Tak kan bisa terbayar sepeser kertas
Karena kau begitu berarti untuk ku

  

Ratapan Jiwa
Hati terasa suntuk
Melihatmu bertaburan di tiap langkahmu
Ku tahu kau over aktif dalam segalanya
Hampir tiap hari canda tangismu ku dengar
Ku tak rela siapa pun menyakitimu
Kau selalu tersakiti olehnya
Hanya kita berdua yang merasakan
Betapa bedihnya ratapan jiwa kita




Layu Bukan Diriku
Nyiur melambai menderu
Mendekap kau dalam jalinan erat
Hijau warnamu kini menjadi kuning
Seakan-akan membuatmu tak berhasrat
Kini waktumu bergelimang
Penyesalan yang selalu kau dekap
Tak kan bisa menggulungmu
Bahkan tangismu tak berarti pula
Hanya sia-sia aliran matamu
Untuk penyesalan semata
Betapa ruginya dirimu karenanya
Semudah itu kau menyerah
Seakan-akan kau tak bernyawa
Dikalahkan penyesalan semata
Ingatlah kau masih punya tempat bernaung
Yang kau selalu mendengarkanmu




Bidadariku
Keberadaanku tak kan bisa tergantikan
Kau mengarungi di setiap jiwa ragaku
Nyawamu begitu berarti bagiku
Tidak seorang pun mengelak akan dirimu
Tiap tidurku terbayang wajahmu
Parasmu menyerupai buah hatimu
Keringatmu bercucuran darah
Nyawamu hanya untukku
Selendang sutramu ku pegang selalu
Biang lalai berkibar untukku
Dimana-mana kau timang
Belaianmu selembut hatimu
Suara lembutmu menghentikan tangisku
Ragamu menanjak ubunku
Sewaktu tanganmu menggores keningku
Belaianmu bisa menerkam hatiku
Ku selalu mendengar jeritanmu
Di kala malam yang sunyi
Kau berdiri dari tidurmu
Hanya untuk mendoakanku
Kini aku bernafas segar
Tiap waktu ku makan doamu
Kebahagiaan yang ku dapat
Karena ridlomu untukku selalu

Luka
Tusukanmu menghantam jiwaku
Kau tak sadar atas tingkahmu
Kau biarkan aku berkeliaran
Seperti rumput hidup tak berarti
Gonjangan hati sangatlah pilu
Menerkam jiwa dan ragaku
Sorotan cahayamu kian menyurut
Akupun tak menghiraukan kau
Suaramu yang menggelegar kian kemari
Tak kan bisa menghalangi aku
Aku lah aku
Aku akan menjadi yang dulu
Diammu kan berarti diamku
Kau tak menoleh hatiku
Kau hanya bisa menuntutku
Sesosok kau yang dulu telah sirna
Batu berarti sifatmu
Kau bawa ia kemana-mana
Kau lempar batumu menukik hatiku
Betapa sakitnya diriku
Hanya aku yang merasakan
Ku tak rela orang lain merasakannya
Biarpun aku terlentang atas ulahmu
Ku kan tetap berdoa untukmu

Yaa Rabb
Tak satupun bisa menandingi-Mu
Hanya engkaulah yang berkuasa di jagat raya
Alam semestapun ada
Begitu pula alam akherat
Meski engkau tak tampak
Engkau ada dimana-mana
Di kala senyum dan panas dingin
Semua itu tak hilang dari penglihatan-Mu
Wahid adalah salah satu sifat-Mu
Hanya kau seorang yang mengaturnya
Karena ‘alimun juga sifat-Mu
tak seorangpun manusia terabaikan
99 nama-Mu menunjukkan sifat-Mu
Yang tak dimiliki selain-Mu
Sifat-Mu selalu diingat dengan nyanyian merdu
Mustahil tuk dilupakan




Kalam
Goresan firman-Mu ada di lembar-lembar putih
Tinta hitam maknamu terlejit
Panjang pula firman yang Engkau ungkap
Begitu banyak peristiwa yang engkau gores
Goresan-Mu sangatlah berarti
Orangpun menyukai akan keberadaanmu
hormat yang slslu diberikan
Ketika menyapamu
Engkau hanya bisa dipegang di kala suci
Engkau sangatlah mulya
Tak sembarang orang bisa melantunkan
Sepata hurufpun engkau bemakna
Ketenangan kan dicapai
Tat kala engkau didekap
Engkau enak didengar
Karena ayatnya sangatlah indah
Cucuran air matamu bergelimang
Tat kala kau dekap pula
engkau memberikan makna hidup manusia
karena itulah
Engkau dinamakan Al-Quranul Karim,,,,,




Cahaya
Sorot cahayamu sangatlah terang
Kau selalu menyambut senjaku
Senyummu begitu merona
Pancaranmu tak kan binasa
Bulat wajahmu tak berliku
Tak kan seorangpun bisa merubahnya
Kecuali hari akhir
Cahaya terangpun menjadi gelap
Panas yang kau pancarkan sangatlah pekat
Kau bisa merubah warna kulit pula
Melihatmu mata menjadi sakit
Kau hanya bisa dirasakan
Sinarmu menerangi dunia
Seakan-akan cahaya tak bernyawa
Kau merupakan petanda waktu
Di kala nelayan mengarungi lautan
Manfaatmu sangatlah besar
Hidup bergantung padamu
Tak seorangpun menolak kehadiranmu
Kau adalah sumber kehidupan





Karenamu
Suaramu menggelegar di telingaku
Di kala aku terlelap di dunia mimpi
Panas, dingin kau bisa menaungi aku
Sesampai ku terbangun karenamu
Malam yang begiyu sunyi
Kau penuhi bunyi nyaringmu
Hanya suara pompa yang mengiringimu
Tuk bangunkan saudara-saudaraku
Hewan pun terbangun dari pulasnya
Tuk menyeruakkan raungannya
Di kala senyumnya fajar
Menghampiri ruang lelapku
Seruanmu merong-rong lima kali tiap hariku
Menghalau tiap kegiatanku
Tuk sujud pada sang suara
Atas sebuah kewajiban





Kau Sumber kehidupan
Aliranmu begitu jelas
Tiap detik manusia mencarimu
Tanpamu tak kan bisa hidup
Kematianlah uang terjadi
Kau begitu berarti bagi kita
Hewanpun membutuhkanmu
Begitu pula dengan pohon
Kau sumber utama kehidupan
Di saat kekeringan nyawa kita terancam
Menunggu kepunahan
Hanya kau yang bisa menolong
Menghidupkan nyawa seorang makhluq
Kau sangat menyehatkan
Penyakitpun terobati karenamu
Manfaatmu begitu besar
Bagi makhluq Tuhan Yang Esa




Rembulan
Cahaya gelapmu menghantuiku
Kau hadir di kala lengsernya mentari
Kau menggantikan kedudukannya
Memberikan sinar terang padaku
Elok wajahmu membuatku tenang
Senyumpun kau tumpahkan padaku
Bentukmu silih berganti
Membuatku termenung
15 tanda terangmu semerbak
Pandanganpun terbawa olehmu
Tuk melihat jati dirimu
Seberapa terang rona cahayamu
Bintang selalu mendampingimu
Di kala hitam dan putih
Cahayamu semakin elok
Tak kala kehadirannya
Kau selalu akrab, selayak sahabat
Dimana kau ada dia pun ada
Kau tak kan bisa terpisahkan
Karena tempatmulah kau terpanah



Ilmu
Kau adalah segala-galanya
Kau pintu utama kehidupan
Karenamu akau tahu
Akan makna sebuah goresan
Menerkammu sangatlah sulit
Kau didapatkan dengan hormat
Semangat pun kunci mendapatkanmu
Sucipun memudahkan pula
Kau diperoleh dari membaca
Pengetahuan berasal darimu
Karena kau adalah gudangnya
Kau adalah kunci utama segalanya

 Karya: Durrotun Nasihah